1 Memanjatkan Doa untuk Orang Sakit Biar Cepat Sembuh. Salah satu berkah tak terkira yang diterima oleh orang sakit adalah doa tulus dari orang yang menjenguknya. Kita sebagai sesama Muslim harus setulus hati mendoakan agar ia diberikan kesembuhan, diangkat penyakitnya, dan diringankan beban keluarganya.
Semuayang memberi hormat kepada Buddha dengan teguh akan diberkati. 7. Saya berikrar untuk meringankan semua rasa sakit dan kemiskinan dari yang sangat sakit dan miskin. Orang sakit disembuhkan, orang yang tak berdaya dibantu, orang miskin dibantu. 8.
ParittaSuci untuk Menyembuhkan Orang Sakit : Bojjhanga Paritta. Sebagai umat Buddhis tentu kita harus selalu menjaga pikiran kita agar netral dan tenang seimbang. Itu adalah upaya kita sebagai penghormatan atas ajaran Buddha sekaligus menjalankan kehidupan yang menuju kebahagiaan sejati. Ketika ada umat lain yang sakit, maka sangat bagus
Vay Tiền Nhanh.
Cara Melantunkan Doa dalam Agama Buddha 12 LangkahBojjhanga Paritta Suci untuk Menyembuhkan Orang SakitMantra Buddha Pengobatan Bhaisajyaguru Buddha MantraPelayanan kepada orang sakit dan sakit menjelang kematian SACCAKIRIYA GĀTHĀ Natthi me saraṇaṁ aññaṁ, Sang Buddha-lah pelindungku nan luhur. Semoga setiap saat Anda selamat sejahtera. Semoga setiap saat Anda selamat sejahtera. Semoga setiap saat Anda selamat sejahtera. Cara Melantunkan Doa dalam Agama Buddha 12 Langkah Semoga semua kerabatku selalu dalam keadaan baik, bahagia dan damai. Semoga semua makhluk selalu dalam keadaan baik, bahagia dan damai. Bojjhanga Paritta Suci untuk Menyembuhkan Orang Sakit Sebagai umat Buddhis tentu kita harus selalu menjaga pikiran kita agar netral dan tenang seimbang. Itu adalah upaya kita sebagai penghormatan atas ajaran Buddha sekaligus menjalankan kehidupan yang menuju kebahagiaan sejati. Ketika ada umat lain yang sakit, maka sangat bagus kiranya kita bisa membantunya baik melalui materi maupun melalui doa / pembacaan paritta. Seperti yang saya kutip tulisan asli paritta ini dari situs parittabuddhist di link Bojjhanga Paritta ini. Faktor-faktor untuk mencapai Bodhi adalah Sati perhatian, Viriya semangat, Pīti kegiuran, Passaddhi ketenangan, Faktor lainnya adalah Samādhi dan Upekkha keseimbangan Dengan jelas oleh Sang Mahā Muni Suci. Suatu ketika Sang Dhamma-Rāja sendiri sakit demam. Seperti Sang Jalan melenyapkan kekotoran batin Sangat disarankan untuk membaca paritta ini setiap hari jika ada keluarga atau kenalan yang sakit. Baca terus setiap pagi ataupun malam sebelum tidur dengan pikiran memvisualisasikan orang yang sakit tersebut. Jaga pikiran tenang seimbang ketika membaca paritta dan usahakan pertahankan visualisasi orang yang sakit tersebut. Tujuannya adalah agar orang yang sakit bisa mendapatkan manfaat dari paritta ini. Bisa juga di bacakan ke segelas air dan diberikan kepada orang yang sedang sakit. Untuk meningkatkan kekuatan penyembuhan paritta ini, sebaiknya lakukanlah dasa sila buddhis. Mantra Buddha Pengobatan Bhaisajyaguru Buddha Mantra Namun dalam menghadapi penyakit, ada 3 hal yang perlu kita lakukan yaitu Mencegah lebih baik daripada mengobati sehingga akan lebih baik kita mengatur apa yang masuk ke dalam mulut kita, menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh agar terhindar dari penyakit Untuk berdoa, salah satu doa terbaik dalam proses penyembuhan adalah melafalkan mantra Buddha Pengobatan. Saya berikrar bahwa tubuh saya seperti sinar kristal yang murni dan tanpa cela yang memancarkan cahaya indah ke setiap sudut, menerangi dan mencerahkan semua makhluk dengan kebijaksanaan. Meskipun pakaian, makanan, akomodasi, dan transportasi sangat penting, namun harus digunakan dengan bijak juga. Saya berikrar untuk memimpin orang-orang yang telah tersesat kembali ke jalan kebenaran. Biarkan mereka memperbaiki diri dan kembali ke jalan Buddha untuk pencerahan. Jika ada pengulangan kesalahan atau pelanggaran, mereka harus dibimbing untuk pertobatan. berikrar untuk menyelamatkan para tahanan yang telah benar-benar bertobat dan korban bencana alam. Mereka yang tulus akan diberkahi oleh kekuatan agung saya dan terbebas dari penderitaan. Pelayanan kepada orang sakit dan sakit menjelang kematian Oleh karena itu Sang Buddha tidak hanya mendukung pentingnya merawat orang sakit, Beliau juga memberi contoh baik dengan diriNya sendiri memberikan pelayanan kepada mereka yang sangat sakit, mereka yang bahkan dianggap menjijikkan bagi orang-orang lain. Sutta-sutta menambahkan dimensi lain bagi profesi perawatan dengan memasukkan elemen spiritual dalam pembicaraan perawat. Cara-cara yang paling bagus untuk menenangkan perasaan takut ini adalah dengan mengalihkan perhatian kepada Dhamma. Nampaknya inti permasalahan adalah dalam keadaan kritis tidak ada buruknya untuk mencoba, bahkan metode yang secara tradisi dipercaya akan membawa hasil, walaupun orang yang bersangkutan tidak harus mempunyai keyakinan atau kepercayaan pada metode tersebut. Di sini, kita diingatkan akan sebuah peristiwa pada saat seorang ibu yang sedang sakit parah memerlukan daging kelinci sebagai pengobatan. menunjukkan bahwa Sang Buddha mengendorkan beberapa peraturan tata tertib minor untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan para bhikkhu yang sakit. Nilai kesehatan telah disadari sepenuhnya dan bahkan dikenal sebagai keuntungan yang terbesar arogyaparama labha, Sang Buddha mengajarkan bahwa agar sembuh, pasien juga harus bekerja sama dengan dokter dan perawat. Sutta-sutta menunjukkan bahwa Sang Buddha menggunakan kekuatan tekad dan ketenangan yang luar biasa pada saat Beliau jatuh sakit. Maha-parinibbana sutta juga menceritakan bahwa Sang Buddha pernah dengan keras menyembunyikan penyakit yang berbahaya di Beluvagama dan Beliau sehat kembali Nampaknya mereka yang mempunyai perkembangan batin tinggi mampu menahan penyakit, setidaknya pada kondisi-kondisi tertentu. Mungkin perlu dicatat bahwa semua bhikkhu yang bersangkutan adalah arahatta, mereka telah mengembangkan unsur-unsur pencerahan secara penuh. Bojjhanga Samyutta juga menceritakan bahwa suatu waktu Sang Buddha sakit, Beliau meminta Cunda membacakan unsur-unsur pencerahan Pada peristiwa lainnya, saat bhikkhu Girimananda sakit parah Sang Buddha memberitahu Ananda bahwa jika khotbah tentang sepuluh kesadaran dasa sañña disampaikan kepadanya, ia mungkin menjadi sehat. Bhikkhu menjawab bahwa Sang Buddha tidak mengkhotbahkan ajaran untuk kesucian kebajikan, melainkan ketidakmelekatan dari nafsu duniawi ragaviragatthaya. Atas pemberitahuan bahwa rasa sakit tersebut sangat parah dan bertambah, Sariputta mengingatkan Anathapindika akan kebaikan-n-kebaikannya sendiri. Sariputta memberitahuinya bahwa saat sifat-sifat mulia ini dipahami dengan penuh kesadaran, rasa sakit akan mereda. Lebih lanjut lagi, Sariputta menunjukkan bahwa orang awam mencapai keadaan sedih atas kehancuran tubuh karena mereka belum mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Lebih lanjut lagi, Anathapindika bangun dari tempat tidur dan melayani Sariputta dengan makanan yang telah disediakan oleh dirinya sendiri. Sang Buddha menyarankan bahwa seorang bhikkhu seharusnya tidak mengurangi tenaga dan tekadnya untuk perkembangan spiritual, bahkan saat ia sakit Nampaknya terdapat suatu keyakinan bahwa perhatian pada topik-topik berhubungan dengan Ajaran, terutama pengingatan tentang kebajikan-kebajikan yang telah dikembangkan oleh seseorang, memiliki sifat-sifat penyembuhan. Dalam kasus Sang Buddha dan para arahatta, pengingatan ketujuh faktor bojjhanga telah mengembalikan kesehatan. Anathapindika adalah seorang sotapanna dan percakapan tentang sifat-sifat spesial merupakan alat untuk kesembuhannya yang cepat. Mungkin saat seseorang diingatkan tentang sifat-sifat batin yang telah diperolehnya, kegembiraan besar muncul dalam pikirannya. Kegembiraan demikian mungkin mampu merubah kimia tubuh seseorang dalam cara yang positif dan sehat. Saat ia menyadari sifatnya yang tanpa noda, rasa puas dan kegembiraan luar biasa muncul di dalamnya. Mungkin dengan cara demikianlah individu-individu berspiritual tinggi mendapatkan kesehatannya kembali saat sutta-sutta yang tepat dibacakan. Jika anda mempunyai keraguan tentang hal ini, Sang Buddha sedang di Bhesakalavana, tanyalah kepada Beliau. Tetapi mohon jangan menghadapi kematian dengan kecemasan, karena hal itu adalah sangat menyakitkan dan dilarang oleh Sang Buddha.” Diceritakan bahwa setelah Nakulapita dinasehati oleh Nakulamata, ia mendapatkan kesehatannya kembali, penyakit tersebut hilang dan tak pernah kambuh. Harus dicatat di sini bahwa penasehat dan pasien keduanya adalah umat awam Buddhis yang bijaksana. Pertama, umat awam bijaksana harus menenangkan umat awam bijaksana yang sedang sakit menjelang kematian dengan empat keyakinan “Tenanglah teman, anda mempunyai keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma dan Sangha, bahwa, Sang Buddha telah sepenuhnya mencapai penerangan, Dhamma dibabarkan dengan baik, dan Sangha bertata tertib baik. Jika ia dapat mengonsentrasikan pikirannya pada penghentian kelahiran kembali, maka Sang Buddha berkata tidak ada bedanya antara orang tersebut dan bhikkhu yang telah mencapai pembebasan. Saat ia sakit parah, sekelompok dewa pohon mengundang Citta untuk menetapkan pikirannya agar menjadi raja seluruh alam cakkavattiraja karena kebajikannya. Menurut Sotapattisamyutta, suatu waktu Sang Buddha mengunjungi umat awam Dighavu yang sedang sakit parah menjelang kematian di tempat tidurnya Sang Guru menyarankannya agar menetapkan perhatiannya pada keyakinan teguh akan sifat-sifat mulia Tiga Permata dan bertekad bahwa ia dianugerahi dengan perilaku kebajikan yang tak ternoda. Selanjutnya ayahnya, Jotipala, menyarankannya agar tidak cemas atas hal tersebut, dan perhatikan apa yang dikatakan Sang Buddha. Brahmana Dhananjani adalah seorang pemungut pajak yang tak benar, ia memeras raja dan masyarakat umum Setelah diberitahu tentang kesehatannya, Dhananjani memberitahu Sariputta bahwa ia mempunyai sakit kepala yang tak tertahan. Setelah mengalihkan perhatian pasien yang diambang kematian ke alam Brahma, Sariputta melanjutkan menjelaskan jalan menuju pencapaian alam Brahma, yaitu pengembangan penuh brahmavihara — cinta kasih universal, belas kasihan, simpati dan keseimbangan batin — agar meliputi semua penjuru. Belakangan saat peristiwa tersebut diceritakan pada Sang Buddha, Beliau menemukan kesalahan Sariputta karena tidak membimbing Dhananjani menuju jalan spiritual yang lebih jauh lagi. Saat Sariputta sendiri sedang melakukan perjalanan jauh di Dakkhinapata, ia meminta keterangan tentang kesehatan Sang Buddha dari seorang bhikkhu yang berasal dari Rajagaha, saat itu pula Sariputta sengaja meminta keterangan tentang semangat pencarian spiritual Dhananjani. Saat ia sedang berbaring sekarat di tempat tidurnya, Yang Terberkati muncul dan Mattakundali menjadi sangat gembira, kegembiraan tersebut membangkitkan keyakinan tinggi pada Sang Buddha. Tepatlah di sini untuk mencatat sebuah perbincangan antara Mahanama seorang Sakya dan Sang Buddha mengenai nasib seseorang yang bertemu dengan kematian mendadak Sang Buddha meyakinkannya bahwa seorang yang telah mengembangkan kebajikan-kebajikan moral dan menjalani kehidupan benar tidak perlu menanggapi ketakutan demikian. Jika seseorang tidak mempunyai kebajikan, pembimbingan pola pikiran menuju tingkat lebih tinggi pada saat jam kematian akan menjadi sukar. Tetapi, bagaimanapun susah dan efektif pembimbingan tersebut, mengundang bhikkhu saat pasien menjelang kematian adalah suatu kebiasaan umat Buddhis dengan harapan bahwa pembacaan paritta tertentu akan membantu pasien mengembangkan keyakinan dan meningkatkan pikiran-pikirannya ke tingkat spiritual lebih tinggi. Mungkin Buddha Gotama dan murid-murid terkenalnya memakai teknik ini membimbing pola-pola pikiran para pengikutNya yang patuh di saat kematian. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah seberapa effektif bimbingan spiritual jika pasien menjelang kematian sedang tidak sadar. Sebenarnya apa yang penting di sini adalah kita benar-benar tidak mengetahui kondisi batin pasien pada saat kematian. Dugaan kita adalah saat seseorang sangat takut menghadapi kematian, maka keinginan untuk hidup menjadi kuat. Sikap normal kita adalah kesedihan dan perasaan kasihan, tetapi Buddhisme menganggap salah mempunyai pikiran-pikiran negatif pada saat demikian. Karena pikiran pasien menjelang kematian mungkin sedang bekerja pada saat penting ini, tak terhalangi oleh keterbatasan yang dibebankan oleh fungsi-fungsi jasmani, kemungkinan bahwa batin seseorang akan lebih sensitif dan mudah menerima gelombang-gelombang pikiran spiritual di sekitarnya. Jika kesedihan dan tangisan menghasilkan gelombang pikiran negatif, maka orang yang akan meninggal mungkin terpengaruh. Seorang penyumbang tetap pelajar Buddhis dan majalah-majalah populer, ia juga editor dari Digha Nikaya Tika yang diterbitkan oleh Pali Text Society.
MERAWAT ORANG SAKIT Pengertian sehat dan sakit Dalam kehidupan kita sehari-hari kita mengalami saat-saat sehat dan kadang-kadang menderita sakit. Tidak ada seorang pun yang sehat terus menerus atau sakit terus menerus. Sehat dan sakit menimpa semua makhluk yang hidup silih berganti. Jika kita sedang sehat, kita dapat melakukan segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari dengan ringan, enak dan nyaman. Saat kita sedang sehat berarti organ-organ dalam tubuh kita sedang berfungsi dengan baik. Sebaliknya jika badan kita sedang sakit, kita merasa berat untuk melakukan kegiatan apapun. Kita memerlukan pertolongan orang lain untuk membantu segala aktivitas dan kegiatan kita, termasuk memberikan makanan, minuman, obat dan sebagainya. Jadi saat kita sedang Sakit berarti organ-organ dalam tubuh kita tidak bekerja dengan semestinya, terganggu dan tidak menurut. Cara merawat orang sakit. Bila kita atau teman kita sedang menderita sakit, kita harus dapat membantu meringankan penderitaan yang dialaminya dengan cara Menjenguk dan menghiburnya Langkah pertama jika kita mendengar berita bahwa teman kita sakit adalah datang menjenguknya di rumah atau di rumah sakit di mana dia dirawat. Menjenguk dan memberikan motivasi bahwa ia pasti sembuh dari penyakitna merupakan dorongan yang kuat bagi proses penyembuhanya. Orang yang sedang sakit memerlukan nasehat dan motivasi untuk proses penyembuhanya. Membacakan paritta suci untuk kesembuhan dan pelimpahan jasa kebaikan kepada yang sedang sakit agar mereka lekas sembuh. Membantu mengobati atau menolongnya Jika kita tidak mempunyai kesibukan yang berarti, kita dapat menunggui teman kita yang sakit itu dan membantu menyuapinya makan dan minum obat yang diberikan dokter. Memberi obat yang sesuai dengan penyakitnya, misal luka ringan diberikan obat merah, anti memar, demam dikompres, memberi obat penurun panas, dll.
mantra buddha untuk orang sakit